Kamis, 31 Oktober 2013

Makalah Influenza

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Influenza atau biasa disebut "flu", merupakan penyakit tertua dan paling sering didapat pada manusia. Influenza juga merupakan salah satu penyakit yang mematikan. Penyakit influenza pertama kali diperkenalkan oleh Hipocrates pada 412 sebelum Masehi. Pandemi pertama yang terdokumentasi dengan baik muncul pada 1580, dimana muncul dari Asia dan meyebar ke Eropa melalui Africa. Sampai saat ini telah terdokumentasi sebanyak 31 kemungkinan terjadinya pandemi influenza dan empat di antaranya terjadi pada abad ini yakni pada 1918 (Spanish flu) yang menyebabkan 50-100 juta kematian oleh virus influenza A subtipe H1N1, 1957 (Asia flu) yang meyebabkan 1-1,5 juta kematian oleh virus influeza A subtipe H2N2, dan 1968 (Hongkong flu) yang menyebabkan 1 juta kematian oleh virus ifluenza A subtipe H3N2.
Penyakit tersebut hingga saat ini masih mempengaruhi sebagian besar populasi manusia setiap tahun. Virus influenza mudah bermutasi dengan cepat, bahkan seringkali memproduksi strain baru di mana manusia tidak mempunyai imunitas terhadapnya. Ketika keadaan ini terjadi, mortalitas influenza berkembang sangat cepat.  Di Amerika Serikat epidemi influenza yang biasanya muncul setiap tahun pada musim dingin atau salju menyebabkan rata-rata hampir 20.000 kematian. Sedangkan di Indonesia atau di negara-negara tropis pada umumnya kejadian wabah influenza dapat terjadi sepanjang tahun dan puncaknya akan terjadi pada bulan Juli.
WHO menyatakan bahwa awal tahun 2006 ini merupakan saat terdekat terjadinya pandemi flu sejak pandemi terakhir tahun 1968. Data yang ada menunjukkan bahwa wabah avian influenza hanya kurang satu syarat lagi untuk menjadi ”calon” pandemi, yaitu belum ditemukan bukti penularan antarmanusia di masyarakat. Pengalaman masa lalu, pandemi tahun 1918, misalnya, menunjukkan bahwa korban manusia dapat sampai puluhan juta orang.
Diseluruh dunia hingga April 2007 terdapat 172 kasus flu burung yang terkonfirmasi. Seperti dapat terlihat dari laporan WHO kasus terbanyak di Vietnam (93 kasus) dan Indonesia menduduki peringkat ke-2 dengan 81 kasus namun jumlah kematian di Indonesia yang tertinggi, yaitu 63 dari 81 kasus.
1.2              Rumusan Masalah
1.             Bagaimana definisi influenza ?
2.             Bagaimana etiologi influenza ?
3.             Bagaimana sifat virus influenza ?
4.             Bagaimana fase – fase pandemi influenza ?
5.             Bagaimana patofisiologi dan woc influenza ?
6.             Bagaimana manifestasi klinis influenza ?
7.             Bgaimana penatalaksanaan influenza ?
8.             Bagaimana komplikasi influenza ?
9.             Bagaimana pencegahan primer, sekunder, tersier influenza ?
10.         Bagaimana pengendalian infeksi, pengobatan, dan terapi obat influenza ?

1.3              Tujuan
1.             Untuk mengetahui definisi influenza.
2.             Untuk mengetahui etiologi influenza.
3.             Untuk menegtahui sifat virus influenza.
4.             Untuk mengetahui fase – fase pandemi influenza.
5.             Untuk mengetahui patofisiologi influenza.
6.             Untuk mengetahui manifestasi klinis influenza.
7.             Untuk mengetahui penatalaksanaan influenza.
8.             Untuk mengetahui komplikasi influenza.
9.             Untuk mengetahui pencegahan primer, sekunder, tersier influenza.
10.         Untuk mengetahui pengendalian infeksi, pengobatan, dan terapi obat influenza.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1              Definisi
Influenza merupakan infeksi saluran napas atas yang disebabkan oleh virus dan dapat timbul pada semua tingkat usia. Istilah common cold  mengacu pada peradangan kataralis mukosa hidung yang lebih menjelaskan suatu kompleks gejala daripada suatu penyakit tertentu. Dengan hidung tersumbat( nasal congestion), suara serak (sore throat),dan batuk.
Influenza adalah penyakit menular yang menyerang saluran napas, dan sering menjadi wabah yang diperoleh dari menghirup virus  influenza. Penyebab penyakit ini adalah Virus Influsenza tipe A, B, dan C. Influenza, yang lebih dikenal dengan sebutan flu, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influenza), yang menyerang unggasdan mamalia.Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di lingkungan masyarakat .
Influenza adalah infeksi virus yang mempengaruhi terutama hidung, tenggorokan, bronkus dan, sesekali, paru-paru.  Infeksi biasanya berlangsung selma sekitar seminggu , dan di tandai oleh demam mendadak tinggi, sakitotot sakit kepala, dan malaise berat , batuk non- produktif, sakit tenggorokan dan rintis .( WHO,2009)

2.2              Etiologi
Penyebab dari timbulnya influenza adalah haemophillus influenza ada tiga tipe yakni tipe A, B dan C. Ketiga tipe ini dapat dibedakan dengan complement fixation test.

2.2.1         Jenis-jenis influenza
1.    Virus Tipe A
Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza A. Unggas akuatik liar merupakan inang alamiah untuk sejumlah besar varietas influenza A. Kadangkala, virus dapat ditularkan pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar pada peternakan unggas domestik atau menimbulkan suatupandemi influenza manusia.
Virus tipe A merupakan patogen manusia paling virulen di antara ketiga tipe influenza dan menimbulkan penyakit yang paling berat. Virus influenza A dapat dibagi lagi menjadi subdivisi berupa serotipe-serotipeyang berbeda berdasarkan tanggapan antibodi terhadap virus ini.

2.   Virus Tipe B
Genus ini memiliki satu spesies, yaitu virus influenza B. influenza B hampir secara eksklusif hanya menyerang manusia dan lebih jarang dibandingkan dengan influenza A. Hewan lain yang diketahui dapat terinfeksi oleh infeksi influenza B adalah anjing laut danmusang. Jenis influenza ini mengalami mutasi 2-3 kali lebih lambat dibandingkan tipe A dan oleh karenanya keragaman genetiknya lebih sedikit, hanya terdapat satu serotipe influenza B. Karena tidak terdapat keragamanantigenik, beberapa tingkat kekebalan terhadap influenza B biasanya diperoleh pada usia muda. Namun, mutasi yang terjadi pada virus influenza B cukup untuk membuat kekebalan permanen menjadi tidak mungkin. Perubahan antigen yang lambat, dikombinasikan dengan jumlah inang yang terbatas (tidak memungkinkanperpindahan antigen antarspesies), membuat pandemi influenza B tidak terjadi.

3.   Virus Tipe C
Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza C, yang menginfeksi manusia, anjing, dan babi, kadangkala menimbulkan penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun, influenza C lebih jarang terjadi dibandingkan dengan jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak-anak.

2.3              Sifat Virus Influenza
Virus influenza mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00C. Mati pada pemanasan 600C selama 30 menit atau 560C selama 3 jam dan pemanasan 800C selama 1 jam. Virus akan mati dengan deterjen, disinfektan misalnya formalin, cairan yang mengandung iodin dan alkohol 70%.
Struktur antigenik virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama berupa: antigen S (atau soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen S merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas ribonukleoprotein. Antigen ini spesifik untuk masing-masing tipe. Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung virus dan memegang peran pada imunitas terhadap virus. Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung virus dan hanya memegang peran yang minim 8 pada imunitas. Selubung inti virus berlapis matriks protein sebelah dalam dan membran lemak disebelah luarnya.
Salah satu ciri penting dari virus influenza adalah kemampuannya untuk mengubah antigen permukaannya (H dan N) baik secara cepat atau mendadak maupun lambat. Peristiwa terjadinya perubahan besar dari struktur antigen permukaan yang terjadi secara singkat disebut antigenic shift.
Bila perubahan antigen permukaan yang terjadi hanya sedikit, disebut antigenic drift. Antigenic shift hanya terjadi pada virus influenza A dan antigenic drift hanya terjadi pada virus influenza B, sedangkan virus influenza C relatif stabil. Teori yang mendasari terjadinya antigenic shift adalah adanya penyusunan kembali dari gen-gen pada H dan N diantara human dan avian influenza virus melalui perantara host ketiga. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa adanya proses antigenic shift akan memungkinkan terbentuknya virus yang lebih ganas, sehingga keadaan ini menyebabkan terjadinya infeksi sistemik yang berat karena sistem imun host baik seluler maupun humoral belum sempat terbentuk.  Sejak dulu diduga kondisi yang memudahkan terjadinya antigenic shift adalah adanya penduduk yang bermukim didekat daerah peternakan unggas dan babi. Karena babi bersifat rentan terhadap infeksi baik oleh avian maupun human virus makan hewan tersebut dapat berperan sebagai lahan pencampur (mixing vesel) untuk penyusunan kembali gen-gen yang berasal dari kedua virus tersebut, sehingga menyebabkan terbentuknya subtiper virus baru.

2.4              Fase – fase Pandemi Inluenza
Fase-fase pandemi influenza ini di tetapkan oleh WHO, digunakan sebagai tanda apakah pandemi sudah akan terjadi dan persiapan apa yang perlu dilakukan.

Fase 1 
Tidak adanya subtype virus influenza baru pada manusia,terdapat infeksi pada binatang (unggas)dengan risiko rendah penularan pada manusia. 

Fase 2 
Tidak adanya subtype virus influenza baru pada manusia, terdapat infeksi pada binatang (unggas) dengan risiko tinggi penularan pada manusia. Periode waspada pandemi

Fase 3 
Manusia terinfeksi dengan virus subtype baru, tidak adanya penularan manusia ke manusia.

Fase 4 
Penularan manusia ke manusia pada klaster kecil dan terlokalisir pada area yang kecil

Fase 5 
Klaster besar, masih terlokalisir, virus mulai beradaptasi ke manusia.
Periode Pandemi

Fase 6 
Penularan yang meningkat dan tranmisi berkelanjutan pada manusia.
Periode Pasca Pandemi.
Sampai dengan saat ini Indonesia berada dalam fase 3.

2.5              Pathofisiologi dan WOC
Virus influenza A,B dan C masing-masing dengan banyak sifat mutagenik yang mana virus tersebut dihirup lewat droplet mukus yang terarolisis dari orang-orang yang terinfeksi. Virus ini menumpuk dan menembus permukaan mukosa sel pada saluran napas bagian atas, menghasilkan sel lisis dan kerusakan epithelium silia.
Neuramidase mengurangi sifat kental mukosa sehingga memudahkan penyebaran eksudat yang mengandung virus pada saluran napas bagian bawah. Di suatu peradangan dan nekrosis bronchiolar dan epithelium alveolar mengisi alveoli dan exudat yang berisi leukosit, erithrosit dan membran hyaline. Hal ini sulit untuk mengontrol influenza sebab permukaan sel antigen virus memiliki kemampuan untuk berubah. Imunitas terhadap virus influenza A dimediasi oleh tipe spesifik immunoglobin A (lg A) dalam sekresi nasal. Sirkulasi lg G juga secara efektif untuk menetralkan virus. Stimulus lg G adalah dasar imunisasi dengan vaksin influenza A yang tidak aktif.
Setelah nekrosis dan desquamasi terjadi regenerasi epithelium secara perlahan mulai setelah sakit hari kelima. Regenerasi mencapai suatu maximum kedalam 9 sampai 15 hari, pada saat produksi mukus dan celia mulai tamapk. Sebelum regenerasi lengkap epithelium cenderung terhadap invasi bakterial sekunder yang berakibat pada pneumonia bakterial yang disebabkan oleh staphiloccocus Aureus.
Penyakit pada umumnya sembuh sendiri. Gejala akut biasanya 2 sampai 7 hari diikuti oleh periode penyembuhan kira-kira seminggu. Penyakit ini penting karena sifatnya epidemik dan pandemik dan karena angka kematian tinggi bersama sekunder. Resiko tinggi pada orang tua dan orang yang berpenyakit kronik.

2.6              Manifestasi klinis
Gejala influenza dapat dimulai dengan cepat, satu sampai dua hari setelah infeksi.Biasanya gejala pertama adalah menggigil atau perasaan dingin, namun demam juga sering terjadi pada awal infeksi, dengan temperatur tubuh berkisar 38-39 °C (kurang lebih 100-103 °F). Banyak orang merasa begitu sakit sehingga mereka tidak dapat bangun dari tempat tidur selama beberapa hari, dengan rasa sakit dan nyeri sekujur tubuh, yang terasa lebih berat pada daerah punggung dan kaki. Gejala influenza dapat meliputi:
1.             Demam dan perasaan dingin yang ekstrem (menggigil, gemetar)
2.             Batuk
3.             Bersin
4.             Hidung tersumbat
5.             Nyeri tubuh, terutama sendi, otot dan tenggorok
6.             Kelelahan
7.             Nyeri kepala
8.             Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut, tenggorok, dan hidung.
9.             Mual dan muntah
Pada anak, gejala gastrointestinal seperti diare dan nyeri abdomen (dapat menjadi parah pada anak dengan influenza B).Kadangkala sulit untuk membedakan antaraselesma dan influenza pada tahap awal dari infeksi ini, namun flu dapat diidentifikasi apabila terdapat demam tinggi mendadak dengan kelelahan yang ekstrem. Diare biasanya bukan gejala dari influenza dari anak, namun hal tersebut dapat dijumpai pada sebagian kasus "flu burung" H5N1 pada manusia dan dapat menjadi gejala pada anak-anak.

2.7              Penatalaksanaan
Tidak terdapat tindakan yang spesifik untuk penangan influenza. Penatalaksanaan medis biasanya berupa :
1)             Simptomatik (sesuai dengan  gejala yang muncul), sebab antibiotic tidak efektif untuk infeksi virus
2)             Bedtres
3)             Peningkatan intake cairan jika tidak ada kontra indikasi
4)             Obat kumur, untuk menurunkan nyeri tenggorokan
5)             Antihistamin, untuk menurunkan rinorrhea
6)             Vitamin C dan ekspektoran; serta
7)             Vaksinasi

2.8              Komplikasi
1.         Radang paru (pneumonia)
adalah sebuah penyakit pada paru - paru di manapulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru - paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteriavirusjamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri biasanya diakibatkan oleh bakteristreptococcus dan mycoplasma pneumoniae.
2.         Gagal  jantung
adalah ketidak mampuan jantung untuk memasok aliran darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh . Virus influenza dapat menibulkan pembengkakan di seitar jntung atau arteri yang menimbulkan gumpalan . inilah yang menyebabkan serangan jantung.

2.9              Pencegahan primer, sekunder, tersier sesuai kasus
1.             Pencegahan primer
Infeksi virus influenza dapat memberikan kekebalan terhadap infeksi dari virus yang sejenis. Tetapi karena virus ini dapat bermutasi dengan mudah mengakibatkan seseorang dapat mengalami influenza berulang-ulang. Salah satu pencegahan adalah dengan menggunakan vaksin influenza yang mengandung virus A dan B dan disebutkan dapat mengurangi terjadinya infeksi yang disebabkan oleh virus H5N1 atau flu burung dan juga pencegahan flu pada usia 5 – 50 tahun.

2.             Pencegahan Sekunder
Golongan yang memerlukan vaksini ini antara lain usia > 65 th, memiliki penyakit kronis lainnya (paru-paru, jantung, darah dan ginjal, Deabetes Melituss), memiliki gangguan sistem pertahanan tubuh, dan petugas kesehatan. Dianjurkan untuk memberikan vaksin sebelum musim dingin atau musim hujan. Selain itu perubahan perilaku masyarakat dengan gaya hidup yang sehat dapat mengurangi terjadinya penyakit influenza ini.

3.             Pencegahan Tersier
Vaksinasi dalam jangka waktu lama untuk menurunkan kemungkinan terjadinya sindrom Reye. Petugas perawatan kesehatan dan anggota keluargadi rumah adalah mereka yang mempunyai resiko, yang dianjurkan untuk menerima vaksin untuk menurunkan resiko penularan terhadap mereka yang rentan terhadap influenza. Kampaye vaksin di antara petugas perawatan kesehatandan pasien harus diintensifitas pada saat terbukti adanya penyakit influenza di komunitas.
Pasien yang dirawat dengan perkiraan atau terbukti menderita influenza harus ditempatkan di ruangan tersendiri atau ruangan dengan pasien yang terbukti menderita influenza. Untuk kemungkinan yang luas, ruangan harus dipilih yang menyediakan tekanan udara yang negatif terhadap jalur udara. Petugas yang melakukan perawatan untuk pasien harus menggunakan masker.
2.10          Pengendalian infeksi, pengobatan, dan terapi obat influenza
1)        Pengendalian Infeksi
Cara yang cukup efektif untuk menurunkan penularan influenza salah satunya adalah menjaga kesehatan pribadi dan kebiasaan higienis yang baik: seperti tidak menyentuh mata, hidung dan mulut; sering mencuci tangan (dengan air dan sabun, atau dengan cairan pencuci berbasis alkohol); menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin, menghindari kontak dekat dengan orang yang sakit; dan tetap berada di rumah sendiri saat sedang sakit. Tidak meludah juga disarankan.Walaupun masker wajah dapat membantu mencegah penularan saat merawat orang yang sakit terdapat bukti-bukti yang bertentangan mengenai manfaat hal tersebut pada masyarakat.Merokok meningkatkan risiko penularan influenza, dan juga menimbulkan gejala penyakit yang lebih berat.
Karena influenza menyebar melalui aerosol dan kontak dengan permukaan yang terkontaminasi, pembersihan permukaan tersebut dapat membantu mencegah sebagian dari infeksi. Alkohol merupakan bahan sanitasi yang efektif terhadap virus influenza, sementara senyawa amonium kuarterner dapat dipergunakan bersamaan dengan alkohol sehingga efek sanitasi tersebut dapat bertahan lebih lama. Di rumah sakit, senyawa amonium kuarterner dan bahan pemutih dipergunakan untuk membersihkan ruangan dan peralatan yang sebelumnya dipakai oleh pasien dengan gejala influenza. Di rumah, hal tersebut dapat dilakukan dengan efektif dengan mempergunakan bahan pemutih chlorine yang diencerkan.
Pada pandemi yang lalu, penutupan sekolah, gereja, dan bioskop memperlambat penyebaran virus namun tidak memiliki dampak yang besar terhadap angka kematian keseluruhan. Belum dapat dipastikan apakah menurunkan pertemuan publik, misalnya dengan menutup sekolah dan tempat kerja, akan menurunkan penularan karena orang yang menderita influenza bisa saja masih berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain; pendekatan seperti ini juga akan sulit untuk dilakukan dan mungkin tidak disukai. Apabila sejumlah kecil orang mengalami infeksi, mengisolasi orang yang sedang sakit dapat mengurangi risiko penularan.



2)        Pengobatan
Orang yang menderita flu disarankan untuk banyak beristirahat, meminum banyak cairan, menghindari penggunaan alkohol dan rokok, dan apabila diperlukan, mengonsumsi obat seperti asetaminofen (parasetamol) untuk meredakan gejala demam dan nyeri otot yang berhubungan dengan flu. Anak-anak dan remaja dengan gejala flu (terutama demam) sebaiknya menghindari penggunaan aspirinpada saat infeksi influenza (terutama influenza tipe B), karena hal tersebut dapat menimbulkan Sindrom Reye, suatu penyakit hati yang langka namun memiliki potensi menimbulkan kematian. Karena influenza disebabkan oleh virus, antibiotik tidak memiliki pengaruh terhadap infeks kecuali diberikan untukinfeksi sekunder seperti pneumonia bakterialis. Pengobatan antiviral dapat efektif, namun sebagian galur influenza dapat menunjukkan resistensi terhadap obat-obat antivirus standar.

3)        Terapi Obat
a.             Antipyretic : ASA 600 mg secara oral, 4 jam bagi dewasa; acetaminophen bagi anak-anak.
b.             Agent adrenergic : Phenylephrine (Neo-Synephrine), 0,25%, 2 tetes pada tiap-tiap nostril bagi kongesti nasal.
c.             Agent antitussive : Terpin hydrat dengan codeine, 5-10 ml PO q 3-4 jam untuk dewasa apabila batuk.
d.            Agent antiinfektif : Amantadine 100 mg PO atau untuk durasi epidemik (3-6 minggu) untuk orang-orang beresiko tinggi berumur diatas 9 tahun bisa juga diberikan kepada orang-orang berumur diatas 65 tahun tetapi takaran dikurangi untuk orang dengan gagal fungsi.
e.             Imunisasi aktif : Vaccine, 0,5ml IM untuk dewasa; 0,25 ml untuk bayi 6-35 bulan; 0,5 ml IM untuk anak-anak 3-12 tahun; untuk bayi dan anak-anak berikan 2 dosis pada interval 4 minggu.




BAB III
PENUTUP

3.1              Kesimpulan
1.      Influenza adalah penyakit menular yang menyerang saluran napas, dan sering menjadi wabah yang diperoleh dari menghirup virus  influenza.
2.      Penyebab penyakit ini  :Virus Influsenza tipe A, B, dan C yang disebabkan oleh virus RNA dari familiOrthomyxoviridae (virus influenza), yang menyerangunggas dan mamalia.
3.      Gejala : menggigil, demam, nyeri tenggorok, nyeri otot, nyeri kepala berat, batuk, kelemahan, rasa tidak nyaman secara umum, mual dan muntah, terutama pada anak-anak.
4.      Pencegahan adalah dengan menggunakan vaksin influenza yang mengandung virus A dan B.
5.      Penatalaksanaannya : dengan vaksinasi. Simptomatik (sesuai dengan  gejala yang muncul), sebab antibiotic tidak efektif untuk infeksi virus.

3.2              Saran

Jagalah kesehatan yang telah diberikan Allah sebagai anugrah terbesar sehingga kita terhindar dari virus influenza yang dapat mengganggu aktifitas kita sehari-hari dengan melakukan pencegahan di secara dini dan jangan lupa menjaga kebersihan baik dari badan, tempat, maupun pakaian karena dengan kebersihan semoga kita terhindar dari virus tersebut.